Selasa, 23 Maret 2021

PT KP PRESS | Waspada! Banyak Daging Sapi Campuran di Pasar




PT KP PRESS SURABAYA - Aksi pedagang pasar menjual daging sapi dan kerbau yang dicampur masih marak. Hal ini disampaikan oleh Ketua Komite Tetap Industri Peternakan Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Yudi Guntara Noor.

Daging kerbau impor dari India tak sulit ditemukan di Indonesia. Impor daging kerbau India telah menjadi agenda rutin pemerintah dalam beberapa tahun terakhir.

Daging kerbau India diimpor demi menjaga ketersediaan pasokan daging dalam negeri, dan juga untuk stabilisasi harga daging sapi lokal. Namun tujuan stabilisasi harga dalam negeri itu belum tercapai sepenuhnya, karena maraknya aksi pedagang pasar menjual daging sapi dan kerbau yang dicampur.

"Tidak ada daging beku itu dijual, kecuali di pasar institusional. Kalau di pasar becek, ini dijual sebagai daging segar. Mereka cairkan, campurkan daging kerbau dan daging sapi. Jadi di sini adalah bagaimana kita memasukkan daging impor harus dikaji lagi ujungnya, karena konsumen tidak mendapatkan harga yang pemerintah inginkan pada akhirnya, harga yang terjangkau. Yang ada adalah bagaimana harga sapi tetap tinggi, tapi juga margin di level pedagang meningkat, karena mereka mencampur," ungkap Yudi dalam webinar Meat & Livestock Australia (MLA), Senin (22/3/2021).

Ia mengungkapkan, daging kerbau yang diimpor dari India sebagian besar tidak dijual di pasar dalam keadaan beku atau utuh tanpa dicampur. Daging tersebut dicairkan, lalu dijual dengan dicampur dengan daging sapi tanpa diketahui pembeli.

"Konsumen kita juga butuh daging yang jelas, segar, halal, dan mereka mau bayar mahal. Ini juga kita tidak bisa membiarkan mereka tertipu dengan daging-daging yang sebenarnya dicairkan. Karena ini terjadi di kota-kota besar," ujar Yudi.

Kondisi serupa diungkapkan oleh Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Rochadi Tawaf. Menurutnya, peredaran daging kerbau India di Tanah Air sudah merata, namun tak ada segmentasi karena pedagang menjualnya dengan cara mencampur.

"Kalau kita kembalikan, penyebaran mereka ini sudah merata di seluruh Indonesia. Saya kaget bagaimana di Kutai Kartanegara, di pasar becek, daging kerbau itu beredar. Dan di sana sudah dicampur saja, tidak menyebut daging kerbau," jelas Rochadi.

Begitu juga di daerah sentra produksi daging sapi lokal, menurutnya juga sudah beredar daging kerbau India.

"Apalagi di daerah-daerah sumber sapi yang tadinya tidak boleh masuk daging kerbau India misalnya di Jawa Timur, itu pun masuk. Nah hal-hal seperti ini saya kira akan merugikan pengembangan peternakan itu sendiri. Sehingga harga sapinya terkendala, petaninya tidak untung, dan seterusnya," imbuh Rochadi.

Saran Untuk Pemerintah

Yudi menegaskan, pemerintah harus membuat segmentasi daging untuk konsumen di pasar. Dengan demikian, konsumen mengetahui dengan jelas jenis daging yang dibeli, dengan harga yang sesuai.

"Konsumen harusnya boleh memilih. Saya punya uang cukup, saya ingin daging sapi yang segar, bagus, ya bayar mahal. Kalau ingin yang terjangkau beli daging sapi frozen, kalau ingin yang murah sekali beli daging impor beku dari kerbau. Tapi di pasar tidak ada, yang ada semua dicampur oleh pedagang," urainya.

Ia menerangkan, kondisi ini harus diperhatikan karena akan berdampak pada para peternak lokal yang tak bisa mendapatkan insentif jika para pedagang menjual daging sapi dengan dicampur.

"Ini harus dipahami karena kita lihat tingginya impor ini mengambil alih daripada pangsa pemotongan sapi lokal di Indonesia. Yang terkena apa? Ya pasti pemotongan hewan turun, lalu juga peternak akan sulit menjual sapi-sapinya, dan feedloter juga akan menurunkan pasokannya karena memang akan sangat tersaingi oleh daging-daging impor," tegas Yudi.

Kembali ke Rochadi, ia menyampaikan Malaysia yang juga mengimpor daging kerbau India. Namun, penjualannya dilakukan dengan segmentasi, sehingga konsumen punya pilihan.

"Saya menyaksikan sendiri di pasar tradisional di Kuching (Malaysia) itu real menyajikan daging segar, impor, dan daging kerbau India, sehingga konsumen ada pilihan. Tidak seperti di kita. Ini adalah program pemerintah supaya konsumen ada pilihan, segmentasi konsumen. Sehingga tidak memberikan dampak apa-apa," terang dia.

Oleh sebab itu, ia menegaskan pemerintah harus mengedukasi masyarakat dalam berbelanja daging di pasar. "Kalau ini ditata, segmentasi itu, dan kita bisa mengedukasi masyarakat untuk bisa memilih, saya kira ini akan lebih baik," tandas dia. PT KP PRESS

 

Baca juga artikel lainnya
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
detik.com

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar