PT KONTAK PERKASA SURABAYA - Pandemi virus Corona jelas menjadi hambatan tersendiri bagi perekonomian dunia. Berbagai aktivitas industri utama lumpuh dan merembet ke berbagai sektor industri turunan. Memicu lonjakan pengangguran dan angka kemiskinan hampir di seluruh dunia termasuk Indonesia.
"Ini bisa dibilang ekonomi kita restart. Big restart," kata Direktur Utama Indika Energy Tbk Arsjad Rasjid saat berbincang dengan detik.com, belum lama ini.
Maksud big restart yang disampaikan Arsjad adalah dimulainya lagi perekonomian dari titik terendah. Ini terjadi karena hampir seluruh negara di dunia mengalami kejatuhan ekonomi yang dahsyat imbas pandemi.
Agar bisa bangkit, lanjut Arsjad, ada sejumlah resep yang bisa ditempuh para pelaku usaha. Resep utama, lanjut dia, adalah dengan menjaga kemampuan untuk beradaptasi di tengah pesatnya perubahan yang terjadi.
"Dengan keadaan sekarang ini, apa lagi semua berubah-ubah terus. Kita harus punya agility, kita harus bisa adaptasi, harus bisa inovatif. Nah ini kalau kita mau selamat," tegas Calon Ketua Umum Kadin ini.
Ia mengingatkan, mereka yang enggan mengikuti perubahan bisa mati tergilas perubahan itu sendiri. Ia mencontohkan, ada sejumlah industri yang sempat menjadi penguasa pasar namun akhirnya gugur karena enggan melakukan perubahan.
"Kalau kita nggak berubah, mati kita. Itu sama dengan Kodak, sama dengan dengan Nokia. Merasa besar lalu sombong, nggak mau berubah," tutur dia.
Dalam konteks kekinian, lanjut Wakil Ketua Umum Kadin ini, adaptasi yang perlu dilakukan adalah dengan menggenjot digitalisasi. Seluruh pelaku usaha di seluruh tingkatan harus membuka diri terhadap digitalisasi ini. Salah satunya adalah dengan menyesuaikan diri dengan perubahan budaya dalam penyelenggaraan rapat.
"Dulu nggak terbayang secara kultur, meeting dengan pejabat untuk bilang 'video call saja ya pak?'. Tapi dengan ini (pandemi), sekarang mungkin. Ini bukti kalau akselerasi pada digitalisasi terjadi sangat pesat," beber dia.
Aspek lainnya adalah dengan mulai menerapkan sistem pelayanan yang bisa diakses secara online dan digital. Ini, lanjut Arsjad, sejalan dengan revolusi industri 4.0 yang selama ini sering digaungkan pemerintah.
Adaptasi lain yang perlu dilakukan adalah strategi bisnis yang berorientasi pada kesehatan. Lulusan Pepperdine University, Malibu California, Amerika Serikat ini mengatakan, pandemi menyadarkan banyak orang untuk semakin memperhatikan kesehatan. Ini juga yang harus menjadi perhatian pelaku usaha dalam menyusun ulang strategi bisnisnya.
Dalam aspek tersebut, Indika Energy sendiri tengah berupaya untuk mengubah struktur bisnisnya untuk tak lagi bergantung pada batubara dalam 5 tahun ke depan. Ini dimulai dengan menggandengan perusahaan India Fourth Partner Energy (4PEL), untuk memabangun pembangkit listrik tenaga surya (PLTS).
Langkah selanjutnya adalah dengan masuk ke segmen hutan tanaman energi. Dengan langkah strategis ini, Indika Energy berencana mengurangi penggunaan batu bara pada sejumlah pembangkit listrik yang dikelolanya. Hutan tanaman energy ini nantinya akan menghasilkan kayu yang bisa digunakan untuk proses pembakaran layaknya batubara pada PLTU.
"Jadi nanti 10-20% bahan bakar PLTU itu batubara diganti dengan wood palet ini. Kenapa kita masuk ke situ, karena kalau bicara nilai kalori, di pohon juga ada yang kalorinya sama dengan batu bara, 4.200 Kkal, 4.300 Kkal, mirip seperti batu bara. Itu makanya kita masuk ke sana," bebernya.
Dengan berbagai adaptasi yang dilakukan itu, lanjut dia, niscaya industri nasional bisa cepat pulih dan bangkit dari hantaman pandemi.
Terkahir, ia menyampaikan akan pentingnya kolaborasi. Setelah big restart terjadi, seluruh negara berlomba-lomba menjadi yang pertama pulih dan memperoleh keuntungan ekonomi sebesar-besarnya dari kondisi saat ini. Untuk itu, hal yang penting dilakukan adalah menjaga kekompakan selaku pemangku kepentingan, pelaku usaha nasional dan pemerintah.
Bila pelaku ekonomi nasional terpecah-pecah dan gagal memanfaatkan peluang yang ada, bukan tidak mungkin peluang itu justru dimanfaatkan pelaku usaha negata lain.
"Di sini butuh kesatuan. karena lawan kita itu bukan sesama kita, tapi lawan kita dunia. Pengusaha di Indonesia juga harus bersatu, karena sekarang ini perangnya itu udah perang ekonomi. Nah kita sekarang harus satu," tegas dia.
Semangat persatuan ini juga yang menjadi salah satu alasan dirinya mencalonkan diri sebagai Ketua Umum Kadin. Ia mengaku telah menghubungi anggota Kadin di berbagai daerah. Selain menyampaikan keseriusan memimpin Kadin, Arsjad juga menyerap apa yang dikeluhkan oleh mereka. Arsjad juga mendengarkan masukan-masukan dari berbagai asosiasi.
"Kalau ibarat perusahaan, Kadin daerah dan asosiasi adalah pemegang saham. Jadi tugas saya adalah dengerin dulu suara mereka. Daerah yang tahu apa isu lokalnya, asosiasi yang mengerti industrinya. Ini yang harus kita kombinasikan," kata Arsjad. PT KONTAK PERKASA
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KONTAK PERKASA
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KONTAK PERKASA
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KONTAK PERKASA
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KONTAK PERKASA
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KONTAK PERKASA
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KONTAK PERKASA