Kamis, 16 April 2020

PT KP PRESS | Harga Beras Tinggi di Tengah Corona



PT KP PRESS SURABAYA - Harga beras di tingkat konsumen mengalami kenaikan. Menurut Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional, harga beras medium rata-rata nasional pada Rabu (15/4) berada di level Rp 11.750-12.000/kg. Sedangkan, beras premium atau super berada di level Rp 12.650-13.200/kg.

Sementara, harga eceran tertinggi (HET) untuk beras medium ialah Rp 9.450/kg, dan beras premium Rp 12.800/kg menurut Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) nomor 57 tahun 2017.

Padahal, saat ini Indonesia sudah memasuki panen raya beras di beberapa wilayah, salah satunya Nusa Tenggara Barat (NTB). Panen raya ini diprediksi berlangsung hingga bulan Mei mendatang. Untuk di bulan April ini, BPS memprediksi panen beras mencapai 9,2 juta ton, dan 6,7 juta ton di bulan Mei.

Dengan panen raya tersebut, stok beras melimpah dan seharusnya yang terjadi ialah penurunan harga.

"Lalu ini tren harga beras di tingkat konsumen memang melandai turun, tapi masih di atas HET. Untuk beras medium kita masih di atas Rp 10.000/kg, sementara HET Rp 9.450/kg," kata Direktur Operasional dan Pelayanan Publik Perum Bulog Tri Wahyudi Saleh dalam Webinar Keterjangkauan Beras Bagi Masyarakat Prasejahtera Selama Pandemi COVID-19 (CIPS), Rabu (15/4/2020).
Apa penyebab harga beras tinggi?

Tri mengungkapkan, salah satu penyebabnya yakni tingginya permintaan beras terutama sejak virus Corona (COVID-19) mewabah di Indonesia.

"Sekarang banyak kepala daerah yang membeli beras ke Bulog. Kemudian banyak lembaga-lembaga sosial untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya dalam rangka PSBB, atau mengantisipasi pandemi Corona. Jadi ini banyak permintaan. Jadi pada saat suplai tinggi, permintaan tinggi," imbuh dia.

Tri membeberkan, sejak Februari 2020 realisasi penyaluran beras melalui operasi pasar atau program Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) dari Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus meningkat. Bahkan, sejak Februari penyalurannya meningkat hingga 250%.

"Sesuai amanah Permendag, KPSH itu harusnya 2.000 ton/hari. Tapi sejak Februari realisasinya 5.000-7.000 ton/hari. Ini menarik. Karena musim panen, KPSH kita tinggi juga, artinya permintaan cukup tinggi," jelas Tri.

Namun ternyata, harga beras yang di atas HET ini berawal dari kenaikan di level penggilingan. Harga di level penggilingan sudah lama bertahan di atas Harga Pembelian Pemerintah (HPP).

Padahal, pemerintah juga sudah menyesuaikan HPP melalui Permendag nomor 24 tahun 2020. Namun, harga beras di penggilingan naik lagi di atas HPP.

"Ini Permendag 24 tahun 2020 yang baru terkait dengan perubahan harga, alhamdulillah meskipun tadinya Rp 3.700 sekarang Rp 4.200 untuk GKP. Kemudian GKG Rp 4.600 menjadi Rp 5.250, beras Rp 7.300 menjadi Rp 8.300. Harganya saat ini di atas itu semua. Ini membuat kesulitan buat kami," kata Tri.

Bulog Minta Tambah Anggaran Rp 10 T Buat Serap Beras Petani

Tingginya harga beras tersebut menyebabkan Bulog harus mengeluarkan anggaran yang lebih besar ketika menyerap beras petani. Padahal, Bulog bermodalkan pinjaman bank dengan bunga komersial untuk melaksanakan tugas pemerintah yakni menyerap gabah dan beras petani tersebut.

"Kalau Bulog diminta menyerap gabah dan beras sebanyak-banyaknya dengan kredit komersial ke perbankan, ini cukup memberatkan juga. Tapi di sisi lain kita punya tugas untuk menyerap," jelas Tri.

Untuk itu, perusahaan pelat merah tersebut akan mengajukan tambahan anggaran penyerapan beras dan gabah petani. Apalagi, di saat panen raya ini Bulog ditargetkan menyerap beras dan gabah sebanyak-banyaknya.

"Jadi kami kira perlu ada stimulus khusus untuk tambahan anggaran untuk Bulog," imbuh dia.

Ia mengungkapkan, Bulog akan mengajukan tambahan anggaran Rp 10 triliun untuk menyerap 1 juta ton beras. Menurutnya, besaran tersebut masih terbilang kecil. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) memprediksi panen beras di bulan April ini akan mencapai 9,2 juta ton, dan bulan Mei mencapai 6,7 juta ton.

"Kami sudah koordinasi dengan Menteri Pertanian untuk ajukan tambahan anggaran untuk membantu penyerapan itu hampir Rp 10 triliun. Itu nggak banyak, itu kalau untuk beras hanya dapat 1 juta ton," tandasnya. PT KP PRESS

aca juga artikel lainnya
1. Bitcoin ‘Bikin Sakit’, Lebih Baik Pilih Emas | PT KP PRESS
2. Investasi Emas Tetap Menggiurkan Sampai Kuartal Pertama 2018 | PT KP PRESS
3. Investasi Masih Menarik Tahun 2018 | PT KP PRESS
4. Menengok Prospek Bisnis Investasi di Tahun Politik | PT KP PRESS
5. Tahun 2018, Bisnis investasi Dinilai Tetap Menarik | PT KP PRESS
6. 2018 Emas dan Dolar Pilihan Menarik untuk Investasi Berjangka | PT KP PRESS
7. KPF: Bisnis Investasi Masih Menarik pada 2018 | PT KP PRESS
detik.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar